Language in Diversity

LANGUAGE ACQUISITION

LANGUAGE ACQUISITION

  1. Latar Belakang

Pemerolehan bahasa berarti mendapatkan suatu bahasa secara natural, bukanlah belajar di kelas yang difasilitasi oleh oleh seorang guru. Bahasa yang dipergunakan oleh orang dewasa  merupakan hasil pemerolehan bahasa di masa kecilnya. Padahal, seperti yang kita ketahui bersama anak tidak memiliki bahasa apapun (secara linguistik) kecuali tangisan saat terlahir ke dunia. Namun, seiring beranjaknya usia mereka pun akhirnya mampu menguasai begitu banyak kosa kata, termasuk bagaimana cara pengucapannya, aturan tata bahasanya, dan aturan penggunaannya sesuai dengan situasi yang sedang terjadi di lingkungannya.

Kemampuan seorang anak untuk berbahasa dengan baik ini sebenarnya merupakan suatu proses yang bertahap yang dipengaruhi oleh faktor biologis dan sosial.  Faktor biologis yang dimaksud disini adalah otak. Tentunya, setiap manusia terlahir dengan dikaruniai otak yang mampu menyerap berbagai informasi dari lingkungan. Selanjutnya, faktor sosial lah yang menentukan bahasa seperti apa yang dipergunakan nantinya. Jika lingkungan terdekat anak mengekspos anak dengan bahasa yang kurang baik maka hal tsb. akan  memberikan efek negatif kepada anak tsb. Namun, sebaliknya jika anak dilatih untuk  menggunakan bahasa yang baik, benar, dan sopan, maka ia akan terbiasa untuk berbahasa yang baik pula. Contohnya saja, anak jalanan yang terlahir di lingkungan kumuh. Apabila dibandingkan dengan anak yang terlahir di keluarga yang serba berkecukupan, bahasa yang dipergunakan mereka umumnya sangat berbeda.

 

PEMBAHASAN

 Metode Penelitian dalam Studi Perkembangan Bahasa

Studi mengenai perkembangan bahasa telah dilakukan sejak abad ke 18. Metode studi yang digunakan antara lain: buku harian, observasi, wawancara, eksperimen, dan desain riset.

1.Buku Harian (Diaries and Parental Reports)

Periode buku harian berlangsung pada tahun 1876-1926. Saat itu, banyak linguis mengadakan observasi terhadap anaknya sendiri, kemudian merekapnya dalam sebuah tulisan yaitu buku harian, salah satu linguis tsb. yaitu Charles Darwin. Namun, ada kelemahan dari metode ini. Mereka kesulitan dalam menentukan apa yang memang termasuk hal-hal biasa yang penting yang dikatakan oleh anak selama satu tahun pertama. Maka, para peneliti memberikan daftar kata untuk diceklis pada tahun pertama itu. Metode dengan menggunakan buku harian ini merupakan penemuan penting yang mengarahkan para linguis ke berbagai riset bahasa pada anak selanjutnya.

2. Observasi

Pengamatan intensif pada anak merupakan metode yang paling objektif untuk mengetahui pemerolehan bahasa pada anak. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana anak mampu menguasai morfologi dan tata bahasa. Para peneliti mengumpulkan hasil rekaman tape untuk ditranskripsikan. Awalnya observasi hanya dilakukan dalam skala kecil, namun untuk mendapatkan hasil yang akurat dan pasti diperlukan penelitian dengan sampel yang lebih banyak.

Periode sampel besar ini mulai berlangsung pada tahun 1926-1957. Hingga pada pertengahan tahun 1985 munculah, CHILDES (Child Language Exchange Data System). CHILDES ini merekam berbagai bahasa anak dari seluruh dunia, termasuk Indonesi.

3.Wawancara

Metode ini digunakan untuk mengecek ulang sesuatu yang ingin diketahui oleh peneliti.

4.Eksperimen

Metode ini digunakan saat peneliti ingin mengetahui jawaban dari suatu masalah. Peneliti akan melakukan eksperimen mengenai topik yang sedang diteliti.

5. Desain Penelitian

Desain penelitian dapat dilakukan secara longitudinal ataupun cross-sectional. Penelitian secara longitudinal berarti membatasi jumlah subjek yang diteliti karena penelitian yang dilakukan bersifat intensif serta memerlukan waktu yang panjang. Penelitian semacam ini berguna untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar efek yang berpengaruh besar terhadap perkembangan bahasa anak.

Contohnya seperti pada penelitian komprehensi berbahasa pada anak yang diasuh oleh ibu yang cerewet dan pendiam. Setelah diteliti dapat diketahui bahwa anak yang diasuh oleh ibu yang lebih banyak bicara akan lebih cepat menguasai kalimat-kalimat pendek sejak umur 9 bulan. Sedangkan anak yang diasuh oleh ibu yang pendiam baru akan menguasai bahasa pada umur 18 bulan.

Sementara cross-sectional lebih mementingkan banyaknya data dari subjek yang lebih dari satu, dalam waktu yang relatif singkat. Penelitian yang dilakukan pun bukan mengenai hal yang menyangkut perkembangan bahasa anak, akan tetapi tentang materi yang lebih mengarah ke gramatikal bahasa.

Contohnya, untuk mengetahui bagaimana anak mampu menginterpretasikan kalimat pasif, peneliti akan mengumpulkan anak dalam beberapa kelompok untuk kemudian diberikan pertanyaan yang dapat dijadikan pencapaian bahwa anak tsb. mampu menguasai materi tsb. atau tidak. Kedua desain tsb. dapat dilakukan baik secara observasional maupun eksperimental.

Pada tipe natural, peneliti tidak mengadakan interferensi  apapun. Anak-anak dibiarkan berbahasa secara natural di tempat manapun. Sedangkan pada tipe terkontrol, anak-anak berada dalam pengawasan laboratorium.

                                                        Perkembangan Pemerolehan Bahasa

Metode Studi Pemahaman Bahasa pada Anak

1. High Amplitude Sucking Procedure

Pada umur 1-4 bulan, anak-anak memiliki sensor motorik yang baik. Mereka terlahir dengan kemampuan reflek menghisap dengan mulutnya, entah itu makanan ataupun benda-benda lainnya. Karena kemampuan ini dapat diukur oleh suatu alat, maka para peneliti menggunakan teknik ini untuk mengetahui kemampuan anak dalam memahami bahasa. Anak-anak diberikan stimulus cahaya visual untuk mengatur kekuatan hisapnya. Lalu membiasakan mereka untuk dapat membedakan /ba/ dan /pa/.

2.Visual Habituation

Metode ini didasarkan atas kecenderungan anak pada hal-hal yang baru. Dalam hal ini, anak-anak dibiasakan melihat objek-objek tertentu sampai mereka mencapai titik jenuhnya dan mulai terbiasa dengan objek yang dilihat tsb sehingga anak tidak lagi memberikan respon yang sama seperti saat pertama kali melihatnya. Di visual habituation, anak akan diberikan cahaya berwarna merah yang atraktif yang diiringi oleh suara /da/.

3. Head Turn Technique (Visually Reinforced Infant Speech Discrimination)

Metode ini berdasarkan riset pada anak yang menggunakan High Amplitude Sucking Technique dan tugas labelling. Setelah anak diperdengarkan kata-kata baru, mereka akan terlihat antusias dan menolehkan kepalanya. Setiap kata berganti, dia akan menggerakkan kepalanya.

                                            Perkembangan Pemahaman Bahasa

Kurang dari 1 tahun

– Belum dapat mengucapkan kata-kata

– Belum menggunakan bahasa dalam arti yang sebenarnya

– Dapat membedakan beberapa ucapan orang dewasa

(Eimas, lewat Gleason, 1985: 2, dalam Zuchdi, 1996: 4)

1 Tahun

– Mulai mengoceh

– Bermain dengan bunyi (bermain dengan jari-jari tangan dan kakinya)

– Perkembangan pada tahap ini disebut pralinguistik. (Gleason, 1985: 2)

– Ketika bayi dapat mengucapkan beberapa kata, mereka memiliki ciri-ciri perkembangan yang universal

– Bentuk ucapan hanya satu kata, sederhana, mudah diucapkan dan memiliki arti konkret (nama benda, kejadian, atau orang-orang di sekitar anak)

– Mulai pengenalan semantik (pengenalan makna)

2 tahun

– Mengetahui kurang lebih memiliki 50 kata

– Kebanyakan mulai mencapai kombinasi dua kata yang dikombinasikan dalam ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk, kata depan atau bentuk lain yang seharusnya digunakan

– Mulai mengenal berbagai makna kata tetapi tidak dapat menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa
– Mulai dapat membuat kalimat-kalimat pendek

   Taman Kanak-kanak

– Memiliki dan memahami sejumlah besar kosa kata

– Mampu membuat pertanyaan-pertanyaan, kalimat majemuk dan berbagai bentuk kalimat

– Dapat berbicara dengan sopan dengan orang tua dan guru

Sekolah Dasar

– Peningkatan perkembangan bahasa, dari bahasa lisan ke bahasa tulis

– Peningkatan perkembangan penggunaan bahasa

Remaja

– Penggunaan bahasa yang khas sebagai bagian dari terbentuknya identitas diri (merupakan usia yang sensitif untuk belajar berbahasa) (Gleason, 1985: 6)

Dewasa

– Terdapat perbedaan-perbedaan yang besar antara individu yang satu dengan yang lainnya dalam perkembangan bahasa (sesuai dengan tingkat pendidikan, peranan dalam masyarakat, dan jenis pekerjaan.

                                                                                    

                                                                  Leksikon Anak

Sebelum Kata Pertama

Sebelum anak dapat mengucapkan kata, dia memakai cara lain untuk berkomunikasi; anak kadang memberikan gerakan atau menunjuk apa yang mereka mau dan kadang memberikan suara untuk menunjukkan kata (misal: meong untuk mengartikan  kucing). Awalnya kita agak kesulitan mengartikan bahasa anak-anak, seperti ketika anak menangis, kita tidak tahu apakah anak menangis karena sakit, lapar, atau karena pipis/ngompol. Tapi akhirnya kita dapat mengetahuinya dari gerakan-gerakan anak dan tanda-tanda yang ditunjukkannya. Pada awal hidupnya, anak juga memakai gesture seperti senyum dan juluran tangan untuk meminta sesuatu. Dengan cara-cara seperti ini anak sebenarnya memakai “kalimat” yang protodeklaratif (bahasa tentang sesuatu) dan protoimperatif (meminta sesuatu untuk dilakukan atau diberikan kepada anak)

Kata Pertama

Anak mulai memproduksi kata yang dikenal dalam bahasa mereka pada usia satu tahun. Menjelang usia 18-20 bulan anak telah memperoleh sekitar 50 kata, dan menjelang usia 2 tahun, rata-rata anak mengetahui 200-300 kata (Barrett, 1995).  First word jarang berisikan consonant cluster dan lebih kepada open syllables (consonan yang diikuti oleh vowel) seperti kata carpet.

Cara anak menentukan makna

Cara anak menentukan makna suatu kata bukanlah hal yang mudah. Dari masukan yang ada, anak harus menganalisis segala macam fiturnya sehingga makna yang diperolehnya itu akhirnya sama dengan makna yang dipakai oleh orang dewasa. Bayangkan sekarang anak umur 1;6 yag baru diperkenalkan dengan konsep anjing. Dia akhirnya harus dapat membedakan antara, misalnya anjing, kucing, kambing, kijang dan sapi. Binatang-binatang ini memiliki fitur-fitur yang sama. Ukuran tubuh saja belum menjamin identifikasi yang benar karena ada anjing yang sangat kecil (Pekingese) yang kalah besarnya dari kucing angora.

Dalam hal penentuan makna suatu kata, anak mengikuti prinsip-prinsip universal, salah satu diantaranya adalah yang dinamakan overextention yang artinya penggelembungan (DarjdoWidjojo 2000). Maksudnya, anak cenderung untuk mengambil salah satu fitur dari konsep itu, lalu menerapkannya pada konsep lain yang memiliki konsep fitur tersebut. Contoh, seperti konsep bulan. Pada waktu anak diperkenalkan konsep bulan, ia mengamati fisiknya, yaitu bundar. Lalu fitur ini diterapkan pada benda lain yang sama-sama bundar, seperti kue, piring, jam dinding, dan lain-lain.

Bagaimana Mempelajari Arti Kata: Strategi

Strategi apa yang digunakan oleh anak-anak untuk mengetahui apa arti dari kata-kata yang diperolehnya dan bagaimana mereka menggunakan kata itu tersebut? Ada beberapa strategi untuk menjawab pertanyaan tersebut, diantaranya:

-Reference: anak menganggap bahwa kata pastilah merujuk pada benda, perbuatan, proses, atau atribut.

Object Scope (cakupan objek): kata yang merujuk pada suatu objek merujuk pada objek itu secara keseluruhan, tidak hanya sebagian dari objek itu saja. Misalnya anak diperkenalkan kata sepeda maka keseluruhan dari sepeda itu ia kuasai. Tidak hanya ban atau sadelnya saja.

Extendability (strategi perluasan): mengasumsikan bahwa kata tidak hanya merujuk pada objek aslinya saja tetapi juga pada objek-objek lain dalam kelompok yang sama itu. Misal: anak diperkenalkan kata kucing,kebetulan kucingnya berwarna hitam, maka dia akan tahu kucing lain yang bewarna putuh jug dinamakan kucing.

Categorical Scope (cakupan kategori): menyatakan bahwa kata dapat diperluas pemakaiannya untuk objek-objek yang termasuk dalam kategori dasar yang sama. Setelah diperkenalkan dengan perkutut sebagai burung, dan kemudian dia melihat beo maka dia akan tahu bahwa beo juga termasuk dalam kategori yang sama dengan perkutut, yakni, burung.

Novel name-nameless category (nama baru-kategori tak bernama): anak yang mendengarkan kata, dan setelah dicari dalam leksikon mental dia ternyata kata ini tidak ada rujukannya, maka kata ini dianggap kata baru dan maknanya ditempelkan pada objek, buata, atau atribut yang dirujuk oleh kata itu.

Convencionality: anak berasumsi bahwa pembicara memakai kata-kata yang tidak terlalu umum tapi juga tidak terlalu khusus.

                                  

                                           IV. Belajar Membuat dan Memahami Kalimat

Pentingnya Pengetahuan bidang sintak

Segala sesuatu yang diucapkan anak adalah natural/alami.

Artiya seorang anak mengucapkan suatu kalimat tidak harus tahu susunan grammarnya pada saat mendengarkan bahasa orang dewasa.

Tager, Flusberg and Calkins telah menunjukan bahwa anak-anak biasanya tidak mampu mengimitasi  sebuah kalimat sempurna yang berhubungan dengan tingkat syntak nya.

Metode untuk Mengukur Pemahaman Anak

Bahwa pemahaman anak terhadap aturan kebahasaan itu tidak bisa maksimal itu terbukti  ketika mereka melihat peristiwa tanpa dibantu dengan media audio, anak akan berusaha mengungkapkan peristiwa itu tapi dengan aturan kebahasaan yang tidak semestinya contoh mudahnya dalam menerapkan subjek dan objek bisa dibolak-balik.

Contoh: seorang anak dengan ayahnya duduk di depan dua monitor video, pembicaraan yang keluar dari monitor itu akan mudah dimengerti oleh anak ketika disertai dengan suara dari pada Cuma gambar dari monitor itu sendiri. Karena seorang anak tersebut terstimulus oleh suara.

Berpindah dari Kata Menuju Kalimat

Pada umur sekitar dua tahun anak normalnya sudah mulai menyusun satu kata menjadikan dua kata walaupun biasanya dengan jelang waktu sehingga seolah-olah kata itu terpisah. Tapi disisi lain hal itu dapat menmbantu pemahaman orang dewasa dalam menanggapi respon sang anak dibanding ketika mereka mengatakan satu kata.

Dengan adanya kedudukan dua kata tersebut maka akan berpotensi menjadi kalimat yang minimalnya subjek dan kata kerja.

Belajar Membuat Kalimat dalam Bahasa Inggris

Tentu dalam perolehan bahasa pengucapan masing masing bahasa memiliki perbedaan. Begitu pula dalam aturan pembuatan bahasa itu juga memilki perbedaan sama hal nya juga dengan bahasa Inggris.

 Dalam bahasa inggris pembuatan kalimat sangat di perhatikan aturanya, karena pada dasarnya kalimat dalam bahasa inggris di bagi menjadi tiga yaitu; kalimat pernyataan, kalimat negatif, dan kalimat pertanyaan.

Dalam pengucapan anak, mereka sering mengunakan perkataan yang diulang-ulang:

  1. Negation: they say “no” to something: “No bed.”
  2. Recurrence: they ask for more of something: “more milk.”
  3. Nonexistence: they notice that something has disappeared: “All gone cookie.”
  4. Notice: they call something: “Hi, Daddy.”

Dan dalam bentuk kata bahasa Inggris juga mempunyai banyak jenis dari noun, adjective, verb, preposition, pronoun dan sebagainya. Begitu pula dengan bentuk tunggal dan jamak nya.

Oleh maka sebab itu hal yang terpenting yang harus dilakukan adalah bagaimana anak bisa diajarkan dan mengetahui macam kata kata itu serta dasar pengucapan simantik dan sintak.

Peran Strategi Urutan Kata dalam Pemahaman Pembentukan Kalimat

            Pada umumnya, bahasa Inggris menggunakan urutan subjek-verba-objek (SVO) dalam kalimat-kalimatnya. Namun anggapan bahwa kalimat yang apik itu harus terdiri dari urutan SVO tersebut, akan menyulitkan anak dalam pemperolehan tipe kalimat lain yang tidak menggunakannya, sperti kalimat pasif, datif dan kalimat kompleks tertentu lainnya. Tetapi, ketika pemahaman sulit untuk diperoleh tanpa analisis sintak yang baik, seperti kalimat “The boy was hit by the girl”, kemungkinan besar anak akan mengartikan kalimat ini sebagai susunan SVO. Jadi, mereka akan memperagakan atau menunjuk gambar seorang anak lelaki yang sedang memukul anak perempuan. Selain itu terdapat juga yang oleh Chomsky disebut Minimal Distance Principle (MDP). MDP mengatakan bahwa nomina yang paling dekat dengan verba pada anak kalimat komplement adalah subjek dari verba kalimat komplemen tersebut. Penguasaan MDP ini juga bisa menjebak anak.

Combining sentence (Penggabungan Kalimat)

            Seorang anak mampu menghasilkan kalimat majemuk (gabungan) pertama dengan menggunakan kata penghubung (yang paling sederhana yaitu dan) dan dengan penggabungan objek. Seperti pada kalimat “I like cookies and cake” yang sebenarnya berasal dari kalimat “I like cookies and I like cake”.

            Penggunaan kata penghubung lain seperti karena, tetapi, jika, sebelum/sesudah dan lainnya, nantinya akan membantu anak memahami arti tertentu dari kata-kata itu. Anak mungkin akan mampu menerapkannnya secara sintaksis tetapi dari segi semantik kurang tepat sepertidalam kalimat “I fell down because I hurt my knees”. Dalam berbagai kasus, Strategi Urutan Penyebutan (order of mention strategy) digunakan untuk produksi dan pemahaman urutan tersebut , dimana kejadian pada klausa pertama dianggap terjadi sebelum yang kedua.

Some later acquisition (Pemerolehan Lanjutan Lainnya)

            Keterampilan sintaksis tertentu nantinya akan berkembang pada masa kanak-kanak. Seperti ketika anak memasuki tingkat sekolah dasar, mereka mulai mampu membentuk parafrase atau menguraikan dengan kata-kata sendiri. Anak mampu mengembangakan kemampuan leksikon dan sintaksis untuk mengulangi kalimat dengan cara yang berbeda. Kemudian, secara umum pada usia sekitar 7 tahun tau lebih, anak mulai mampu mengartikan ungkapan (idiom) dan bahasa kiasan atau kata-kata yang digunakan secara metafora (kias).

Metalinguistic Awareness

Yaitu kemampuan untuk merefleksikan sifat bahasa dan penggunaannya. Kemampuan ini berkembang dalam kehidupan kita. Anak mungkin akan kesulitan dalam memahami sifat arbiter dari bahasa, yakni tidak adanya hubungan antara nama objek dengan penampilan atau fungsinya.

Dalam perkembangannya, anak juga akan memiliki kesulitan dalam memahami bahwa kata diuraikan ke dalam bunyi-bunyi (fox&routh,1975), kemampuan penting belajar membaca dalam sistem penulisan alfabet dan juga mendefinisikan arti kata-kata.

Learning to Communicate : Early Social Uses of Language

            Kebanyakan dari percakapan anak-anak biasanya diarahkan untuk mengatur hubungan dengan pengasuhnya dan membuat orang lain melakukan sesuatu untuk mereka. Tujuan – tujuan sosial ini dideskripsikan oleh peneliti sebagai pembelajaran aspek pragmatik bahasa (Bates,1976: Halliday,1975) dan termasuk menarik perhatian, menunjukkan objek, menawarkan, dan permintaan.

            Penelitian pada karakter sosial awal anak, mengungkapkan bahwa pemerolehan tatabahasa (grammatical) tidak hanya ditentukan oleh sintaksis, semantik atau bentuk kerumitan kognitif (Brown, 1973: Slobin,1985). Kecenderungan motivasi sosial anak dan orang dewasa, dengan siapa mereka berinteraksi juga bisa mempengaruhi apa dan kapan bentuk bahasa tertentu diterima. Bentuk-bentuk tatabahasa yang menunjukkan perbedaan, kesopanan dan sikap sosial lainnya bisa diperoleh terlebih dahulu bukan karena kurangnya kerumitan secara sintaksis atau kognitif, tetapi karena itu adalah kebutuhan sosial.

            Terlihat jelas bahwa anak menerima sebagian bentuk kesopanan sebagai hasil meningkatnya daya kognitif mereka dan sebagian lagi karena mereka di dorong untuk menjadi sopan, dan karena itulah masyarakat diterima secara sosial.

KESIMPULAN

 

Anak-anak menyerap bahasa dengan cepat dan mudah pada tahun-tahun pertamanya. Dari perkembangan bahasa yang menakjubkan pada anak-anak tsb. akhirnya menimbulkan keinginan dari para peneliti untuk mengetahui bagaimana proses anak memperoleh bahasa. Ada beberapa metode yang dilakukan mereka, antara lain dengan buku harian, wawancara, observasi, eksperimen, dan desain riset. Berangkat dari sini lah, para peneliti mampu menemukan bagaimana proses anak menyerap bahasa baik secara dari segi gramatikal, fonologi, semantik, dan pragmatiknya.

Tinggalkan komentar